# INTERMEZZO
Indramayu # Peringatan Hari Jadi Kabupaten Indramayu yang jatuh setiap tanggal 7 Oktober merupakan momentum sakral bagi masyarakat. Hari besar ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan wadah untuk merayakan sejarah, budaya, serta pencapaian yang telah dilalui daerah dengan penuh kebanggaan.
Namun, Rencana Gerakan Rakyat Indramayu (GRI) yang akan menggelar aksi demonstrasi pada 7 Oktober 2025 menimbulkan pertanyaan besar di tengah masyarakat: apakah aksi tersebut benar-benar memiliki urgensi bagi wong Dermayu?
Bagi masyarakat Indramayu, tanggal 7 Oktober adalah pesta rakyat. Berbagai kegiatan digelar mulai dari kirab budaya, doa bersama, hingga hajatan syukuran yang melibatkan seluruh lapisan warga.
Kehadiran demo di momen tersebut justru dikhawatirkan akan menggeser makna sakral hari jadi menjadi ruang konflik kepentingan politik.
Tak bisa dipungkiri, kritik terhadap jalannya pemerintahan merupakan bagian dari demokrasi. Namun, mengemasnya dalam bentuk aksi di hari perayaan identitas daerah bisa menimbulkan kesan bahwa kepentingan politik lebih diutamakan daripada menjaga kebersamaan masyarakat.
Masyarakat Indramayu tentu berharap momentum hari jadi dijadikan sarana memperkuat solidaritas, bukan sebaliknya.
Karena itu, wacana demo di tanggal 7 Oktober justru terasa tidak memiliki urgensi. Apalagi, masyarakat lebih menantikan pesta kebudayaan dan kegiatan syukur bersama ketimbang melihat unjuk rasa yang berpotensi menodai suasana kebersamaan.
Hari Jadi Kabupaten Indramayu adalah warisan sejarah yang wajib dihormati. Ia adalah ruang perekat sosial, bukan ajang tarik-menarik kepentingan. Jika ada aspirasi dan kritik, saluran demokrasi lain tetap tersedia di luar momentum sakral ini.
Opini : Tosu – Toto Suranto
Redaksi iqronews.click dan Citizen Journalist
