Example floating
HUKUM & KRIMINAL

Efek Miras di Balik Kasus Anjatan: Saat Akal Sehat Tumpul dan Emosi Tak Terkendali

721
×

Efek Miras di Balik Kasus Anjatan: Saat Akal Sehat Tumpul dan Emosi Tak Terkendali

Sebarkan artikel ini
Example 970 x200

Indramayu # Kasus pengeroyokan terhadap seorang dokter di Desa Anjatan, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, menjadi pengingat pahit bagi masyarakat tentang bagaimana efek minuman keras (miras) bisa mengubah suasana bahagia menjadi tragedi.

dokter Baskar dan istrinya, dokter Irma yang menjadi korban penyerangan dan penganiayaan oleh sekelompok massa di depan rumah Desa Anjatan, Kabupaten Indramayu pada Kamis (23/10/2025).

Peristiwa itu terjadi saat korban terjebak kemacetan karena arak-arakan hajatan. Dari perdebatan kecil di jalan, situasi berubah menjadi keributan dan kekerasan. Korban mengalami luka di bagian leher dan telinga, dan kasus ini kini sudah masuk ranah hukum.

Namun, menurut banyak pihak, persoalan utamanya bukan hanya kemacetan atau miskomunikasi  melainkan pengaruh miras yang membuat seseorang kehilangan kesadaran, kontrol emosi, dan rasa empati terhadap sesama.

Efek Miras: Dari Hilangnya Kendali Hingga Tumbuhnya Kekerasan

Miras bukan hanya sekadar minuman yang memabukkan. Kandungan alkohol di dalamnya secara ilmiah dapat memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf pusat, membuat seseorang kehilangan kemampuan menilai situasi, mudah tersulut emosi, dan bertindak agresif tanpa berpikir panjang.

Dalam konteks sosial, efek miras bisa menular. Ketika satu orang mulai mabuk dan berperilaku kasar, lingkungan di sekitarnya ikut terseret dalam suasana chaos  apalagi dalam acara hiburan yang ramai dan dipenuhi emosi massa.

Fenomena seperti ini sering terlihat di sejumlah hajatan di Indramayu, di mana arak-arakan dan musik keras berpadu dengan perilaku penonton yang joged telah terpengaruh miras.
Alih-alih menciptakan hiburan, yang muncul justru ketegangan, keributan, dan bahkan kekerasan fisik seperti yang terjadi di Anjatan.

Praktisi Hukum: Jangan Hanya Lihat Akibat, Tapi Cegah dari Penyebab

Praktisi hukum Nendang Haryanto, SH., MH., dari Kantor Hukum NH & Rekan yang berlokasi di Desa Bugel, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, menilai kasus ini harus menjadi pelajaran serius.

“Permasalahan ini jangan dilihat setelah terjadinya saja, tapi harus dilihat dari apa penyebabnya. Kebetulan perkaranya melibatkan pejabat publik sehingga menarik perhatian. Coba kalau terjadi pada masyarakat kecil, mungkin akan lain ceritanya,” ujarnya ke iqronews.click.

Ia menegaskan, selama akar penyebab seperti konsumsi miras di ruang publik tidak diselesaikan, potensi kekerasan serupa akan terus berulang.

“Penegakan hukum harus menyentuh sumber masalahnya, bukan hanya pelaku di lapangan,” tambahnya.

Aparat dan Pemerintah: Bertindak Sebelum Terlambat

Kasus ini sekaligus menjadi refleksi penting bagi petugas keamanan di lapangan. Langkah pencegahan harus menjadi prioritas utama, bukan hanya tindakan setelah kejadian.

Petugas diharapkan tidak ragu memberikan imbauan dan tindakan tegas apabila mendapati masyarakat yang mengonsumsi miras saat acara berlangsung.

“Begitu terlihat ada yang menggunakan miras, lebih baik ditindak atau diamankan lebih awal. Jangan dibiarkan sampai muncul akibat fatal,” tegas seorang tokoh masyarakat Anjatan.

Sementara itu, pemerintah daerah juga perlu memperhatikan secara serius maraknya penggunaan miras di wilayah publik dan sosial.
Mudahnya akses terhadap miras membuat potensi gesekan sosial semakin tinggi, terutama di tengah kegiatan yang melibatkan banyak orang dengan tingkat emosi yang tak stabil.

Langkah nyata seperti pengawasan izin hiburan, pembatasan jam kegiatan, serta kontrol terhadap peredaran miras perlu dikembalikan sebagai bagian dari kebijakan perlindungan masyarakat.

Indramayu Reang: Kembali pada Moral  ” Religus, berEkonomi Kerakyatan, dengan menghadirkan lingkungan yang Aman dan Nyaman serta mengedepankan semangat Gotong Royong

Dalam semangat “Indramayu Reang”, masyarakat diajak untuk menata kembali perilaku sosial agar lebih beradab dan saling menghargai dan gotong royong. Indramayu yang dikenal sebagai daerah religius dan berbudaya harus menunjukkan jati diri sebagai masyarakat yang menjaga ketertiban dan akhlak publik.

Hiburan rakyat tidak seharusnya menjadi ajang pelampiasan emosi, apalagi ruang bebas untuk mengonsumsi miras.
Kebahagiaan sejati dalam sebuah acara adalah ketika semua pihak merasa aman, damai, dan dihormati.

Miras telah terbukti menjadi akar banyak persoalan  dari kekerasan, kecelakaan, hingga keretakan sosial.
Sudah saatnya seluruh pihak, baik aparat, pemerintah, maupun masyarakat, bersatu menolak miras demi menjaga akal sehat dan Indramayu Reang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!