Salah Siapa? Dosa Siapa?
Dalam perjalanan bangsa, selalu ada pertanyaan besar yang muncul setiap kali peristiwa besar mengguncang negeri: “Salah siapa? Dosa siapa?”
Sebagai sebuah bangsa, perjalanan Indonesia tidak pernah lepas dari dinamika besar yang datang silih berganti. Sebagian orang meyakini bahwa setiap 20 hingga 30 tahun, selalu muncul sebuah peristiwa besar yang mengguncang negeri ini. Pemikiran itu mungkin lahir dari pengalaman sejarah:
- 
Kurun waktu 1945–1965, Indonesia menghadapi pergolakan politik dan konflik besar. 
- 
Periode 1966–1998 ditandai dengan kepemimpinan panjang namun akhirnya tumbang di tengah krisis. 
- 
Kini, sejak 1999 hingga 2025, banyak yang bertanya: apakah ini juga bagian dari siklus sejarah? 
Ada yang mengaitkannya dengan ramalan Joyoboyo atau Sabdo Palon, namun sejatinya hanya Allah yang Maha Mengetahui. Terlepas dari benar atau tidaknya, penulis kampung hanya ingin mengajak melihat persoalan ini dengan logika dan akal sehat.
Indramayu sebagai bagian dari republik ini pun merasakan dampaknya. Negeri kaya migas, hasil bumi, dan laut, namun rakyatnya masih banyak yang hidup dalam kesulitan. Apakah salah rakyat yang turun berdemo? Jangan buru-buru menimpakan semua kesalahan kepada mereka, karena sering kali akar masalah justru lahir dari para elite yang masih bermental feodal dan membangun oligarki politik maupun ekonomi.
Di Indramayu, jargon-jargon seperti beberes, maju, dan sejahtera kerap didengungkan. Namun rakyat bertanya, apa yang sudah nyata dirasakan? Apakah cukup dengan pagelaran, konser, dan hiburan? Faktanya, lapangan kerja sulit, kebutuhan pokok mahal, dan di tengah itu muncul tragedi sosial: perceraian, KDRT, bunuh diri, bahkan anak-anak yang terancam gizi buruk.
Kalau mati melawan penjajah disebut pahlawan, bagaimana dengan rakyat Indramayu yang “mati” hari ini karena kesulitan hidup, ketidakadilan, dan janji kosong?
Maka, hentikan. Jangan ulangi sejarah kelam bangsa ini. Buka mata dan hati. Rakyat Indramayu tidak bisa terus-menerus dibohongi. Yang dibutuhkan adalah bukti nyata, bukan mimpi manis.
Salam Lanjutkan G.710.CM.
Wassalam.
 
Opini : Papih Ruyanto
Politisi Senior dan Pemerhati Sosial Politik Masyarakat Cilik





 
							
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 












