Example floating
INTERMEZZO

Sumpah Pemuda dan Tugas Jurnalis: Dari Pemberita Menjadi Penggerak Perubahan

721
×

Sumpah Pemuda dan Tugas Jurnalis: Dari Pemberita Menjadi Penggerak Perubahan

Sebarkan artikel ini
Example 970 x200

intermezzo # Setiap 28 Oktober, bangsa Indonesia kembali menengok sejarah besar yang lahir dari tekad pemuda tahun 1928. Sumpah Pemuda bukan sekadar janji untuk bersatu dalam bahasa, bangsa, dan tanah air, tetapi juga wujud kesadaran bahwa perubahan besar selalu lahir dari semangat kaum muda.

Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi saat ini, semangat itu menemukan bentuk baru dalam diri para jurnalis muda Indonesia. Mereka tidak hanya hadir sebagai penyampai berita, tetapi juga sebagai penjaga nurani publik, pemersatu bangsa, dan penggerak perubahan sosial.

Lebih dari Sekadar Pemberita

Menjadi jurnalis di era digital bukan lagi sebatas menulis dan menyebarkan informasi. Tugas jurnalis jauh lebih dalam membangun kesadaran, membentuk opini publik yang sehat, dan mengedukasi masyarakat agar melek informasi.
Jurnalis muda hari ini memikul tanggung jawab moral untuk menegakkan kebenaran, menjaga keutuhan bangsa, dan melawan disinformasi yang kerap mengancam persatuan.

Mereka harus mampu menghadirkan berita yang mencerahkan, bukan yang menyesatkan; yang menyejukkan, bukan yang memecah belah.
Dalam setiap paragraf, ada nilai; dalam setiap tulisan, ada pesan moral yang menuntun pembaca menuju kebaikan dan kebijaksanaan.

Persatuan dalam Pena dan Nurani

Sumpah Pemuda 1928 menegaskan arti penting persatuan. Di era modern, semangat itu dapat dihidupkan kembali melalui pena jurnalis muda.
Setiap tulisan yang berpihak pada kebenaran dan kepentingan publik merupakan bentuk nyata dari perjuangan menjaga persatuan.

Jurnalis bukan hanya saksi peristiwa, tetapi juga bagian dari solusi sosial. Mereka menyoroti ketimpangan, menyuarakan yang tak terdengar, dan menjadi jembatan antara rakyat dan pemangku kebijakan.

Dari Refleksi ke Aksi

Momentum Sumpah Pemuda hendaknya menjadi cermin bagi seluruh insan media ” khususnya jurnalis muda “ untuk kembali meneguhkan idealisme.
Bahwa dalam setiap berita yang disiarkan, tersimpan tanggung jawab besar terhadap masyarakat dan bangsa.

Menjadi jurnalis bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa untuk menjaga nilai kemanusiaan dan kebenaran.
Maka, sudah saatnya para jurnalis muda tidak hanya bangga sebagai pemberita, tetapi juga hadir sebagai penggerak perubahan dan peneguh semangat kebangsaan di tengah derasnya gelombang digitalisasi.

 

Oleh : Tosu – Toto Suranto

Redaksi iqronews.click dan Citizen Journalist

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!